mungkin, kesedihanku telah memiliki nama.
mungkin juga tidak.
tetapi kulihat seseorang
menjemput pergimu
dan langit menuangkan begitu banyak senja.
lalu,
kutemukan sebagian diriku
tengah berlari mengejar bayangmu.
kudapati diriku tergesa-gesa
melewati terowongan yang basah oleh segala
ingatan tentangmu – senyum terakhirmu.
sementara udara sedingin kilometer tak tertempuh,
sampailah aku diantara
rerimbun ilalang
di dadamu yang sunyi
dan gemerisiknya
tak lagi sempat kukenali.